Spinning Kunai - Naruto

Selasa, 15 Mei 2012

BATUAN METAMORF


Batuan Metamorf

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya, diantaranya yaitu batuan dan bahan tambang. Batuan dan bahan tambang mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih mineral, batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannnya (genesis), tekstur, dan komposisi mineralnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu : Batuan beku (Igneous Rocks), Batuan sedimen (Sedimentary Rocks), Batuan metamof/malihan (Metamorphic Rocks).
Batuan dan mineral merupakan sumber daya alam yang
banyak dibutuhkan dan digunakan untuk kehidupan manusia, dan bahan dasar industri. Batuan terbentuk dari kumpulan magma yang membeku di permukaan bumi dan berakhir menjadi berbagai jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang tersusun secara teratur, mineral merupakan komponen batuan yang membentuk lapisan kerak bumi.
Bahan tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut. Bahan tambang jika diolah memerlukan modal yang banyak, tenaga ahli dan teknologi yang tinggi. Sedangkan untuk memperolehnya, dapat juga dilakukan secara tradisional seperti mendulang emas dan lain-lain.

1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian batuan matamorf.
2. Mangetahui agen-agen, facies-facies, dan jenis-jenis metamorfisme.
3. Mengidentifikasi mineral-mineral penyusun batuan metamorf.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.

2.2 Agen-agen Metamorfisme
Adapun agen-agen metamorfisme yaitu:
1. Panas (temperatur).
2. Takanan.
3. Cairan panas/aktivitas larutan kimia.
Adanya kenaikan temperatur, tekanan dan aktivitas larutan kimia, menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi yaitu proses pengkristalan kembali mineral-mineral dan batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 350oC – 1200oC dan tekanan 1 – 10000 bar (Jackson) = (0,9869) atm.

2.3 Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
a. Tekstur Batuan Metamorf.
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
• Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.


• Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
• Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
• Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
• Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
• Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
• Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya.
• Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
• Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
• Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
• Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
• Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
• Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
• Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
• Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
• Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
• Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
• Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
• Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.



Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :
• Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
• Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur batuan.
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.
Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya.
Penelitian menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Menurut struktur yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu batuan metamorf foliasi dan batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa batuan metamorf itu terbentuk dari suatu proses penambahan temperatur dan suhu yang terjadi pada suatu batuan.
b. Struktur batuan metamorf.
 Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Slatycleavage
2. Struktur Gneissic
3. Struktur Phylitic
4. Struktur Schistosity
 Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Hornfelsik
2. Struktur Milonitik
3. Struktur Kataklastik
4. Struktur Flaser
5. Struktur Pilonitik
6. Struktur Augen
7. Struktur Granulosa
8. Struktur Liniasi

2.4 Jenis-jenis Metamorfisme
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua:
1. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
a. Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.

Gambar 1.intrusi magma
b. Metamorfosa dinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.

Gambar 2. Zona sesar
2. Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a. Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa.

Gambar 3. Zona Subduksi
b. Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.

Gambar 4. Cekungan sedimentasi

2.5 Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
1. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
6. Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari batugamping.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dari makalah ini yaitu:
1. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
2. Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf). Batuan metamorf terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Batuan ini juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
3. Mineral-mineral penyusun batuan metamorf adalah diantaranya kalsit, kuarsa, mika, feldspar, hornblende, biotit, dan lain-lain.




1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites