Spinning Kunai - Naruto

Kamis, 19 April 2012

PEMBUATAN LARUTAN


PEMBUATAN LARUTAN

Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih.
Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-komponen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu diperlukan praktikum dan pada praktikum acara ini akan dilaksanakan acara pembuatan dan standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui konsentrasisebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana larutan dan standardisasi larutan
2. Mahasiswa dapat menstandardisasikan larutan NaCl sesuai dengan petunjuk yang diberikan
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pengenceran larutan pekat
4. Mahasiswa dapat memngencerkan larutan H2SO4 sesuai dengan petunjuk yang diberikan
BAB II
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 18 Juni 2009.
Tempat : Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Pertanian PPPPTK Pertanian Cianjur.

B. Alat dan Bahan
Alat:
- Gelas piala
- Labu ukur
- Batang pengaduk
- Erlenmeyer
- Gelas arloji
- Pipet ukur
- Spatula
- Botol reagen
Bahan:
- NaCl 1 %
- Larutan H2SO4 0,01 N sebanyak 100 mL

C. Langkah Kerja
a. Membuat larutan NaCl
1. Timbang NaCl sebanyak yang diinginkan dengan menggunakan kaca arloji.
2. Masukkan ke dalam gelas piala.
3. Tambahkan sedikit aquadest.
4. Kemudian aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai larutan homogen.
5. Larutan yang sudah homogen dipindahkan ke dalam labu ukur.
6. Tambahkan aquadest sampai tanda tera.
7. Kemudian kocok ± 20 kali.
8. Pindahkan ke dalam botol reagen.
b. Mengencerkan larutan H2SO4
1. Larutan H2SO4 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL menggunakan pipet ukur.
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan sedikit aquadest.
4. Aduk hingga homogen.
5. Pindahkan ke dalam labu ukur.
6. Tambahkan aquadest hingga mencapai tanda tera.
7. Kemudian kocok ± 20 kali.
8. Pindahkan ke dalam botol reagen
BAB III
PEMBAHASAN

Sebelum melakukan pembuatan larutan dan pengenceran larutan, kita harus menghitung berapa banyak bahan yang akan kita gunakan. Karena yang diberikan hanya sedikit keterangan. Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi NaCl 1 % sebanyak 100 mL
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


Yaitu :

Maka untuk membuat larutan NaCl 1 % sebanyak 100 mLditimbang bahan sebanyak 1 gram.

2. Larutan H2SO4 0,01 N sebanyak 100 mL dari H2SO4 0,1 N
V1 X N1 = V2 X N2
100mL X 0,01 N = V2 X 0,1 N
V2 = 10 mL
Maka larutan H2SO4 yang di ambil untuk melakukan pengenceran adalah sebanyak 10 mL.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa larutan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan larutan itu sendiri bermacam-macam konsentrasinya, terlebih dalam pengujian-pengujian yang menggunakan reaksi kimia, maka kevalidan besar konsentrasi sangat penting. walaupun fungsi standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang kita buat, tetapi bila dalam praktikum terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka hasil yang kita harapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan murni diperlukan dalam percobaan.
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama.
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :
1. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.
2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketaui dengan pasti. Untuk mengetahui konsentrasinya larutan tersebut harus dibakukan atau distandardisasikan makanya disebut larutan baku/standar. Cara yang paling umum untuk standarisasi adalah dengan titrasi. Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan jadi pada prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap, maka rumusnya pelarut
Sifat asam-basa dapat diketahui dengan menggunakan indikator msal kertas lakmus merah dan biru. Prinsipnya ARURAH = asam mengubah lakmus biru jadi merah, SAMERU = basa mengubah lakmus merah jadi biru. Asam/basa bisa dikenali juga dengan cara dicicipi atau dirasakan dg tangan tapi ini terlalu berisiko.
Setiap zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pelarutan harus menggunakan cara-cara tertentu. Rencana dan prosedurnyapun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat.
Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut kesediaan pereaksi tertentu agar analisis tersebut memberikan hasil yang tepat dan teliti. Berarti jenis peralatan dan spesifikasi zat yang dipilihpun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh hasil sediaan yang mendukung tujuan analisis.
Dengan demikian, pembuatan sediaan pereaksi berupa larutan akan menuntut cara atau teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat pembentukan larutan itu. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan dan proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.

1. Teknik Pelarutan
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam keseharian. Caranya, ” sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut” atau “sevolum pelarut dimasukkan sejumlah zat padat”; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya.
Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat(salah).
2. Teknik Pengenceran
Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut.Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik pelarutan(teknik pencampuran).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan NaCl 1 % sebanyak 100 mL diperlukan bahan sebanyak 1 gram.
2. Larutan H2SO4 yang di ambil untuk melakukan pengenceran yang ditetapkan adalah sebanyak 10 mL.

B. Saran
1. Pengadaan alat praktek mungkin dapat diperbanyak sehingga setiap kelompok dapat aktif serentak dalam bekerja tanpa harus menunggu antrian karena keterbatasan alat.
2. Perlunya penambahan waktu, supaya dalam bekerja mahasiswa tidak merasa seperti dikejar-kejar oleh waktu.


SUMBER::http://larutancom.blogspot.com/



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites