Spinning Kunai - Naruto

welcome to chemicho blog

dari pada berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi cobalah untuk melakukan yang terbaik

welcome to chemicho blog

dari pada berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi cobalah untuk melakukan yang terbaik

welcome to chemicho blog

dari pada berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi cobalah untuk melakukan yang terbaik.

welcome to chemicho blog

dari pada berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi cobalah untuk melakukan yang terbaik

welcome to chemicho blog

dari pada berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi cobalah untuk melakukan yang terbaik

Rabu, 27 Juni 2012

Klasifikasi Lipatan (Billings;1986)


Klasifikasi Lipatan (Billings;1986)

  • Berdasarkan bentuk penampang tegak :
Lipatan simetri :lipatan dimana axial plane-nya vertikal
Lipatan asimetri :lipatan dimana axial plane-nya condong
Overturned fold :lipatan dimana axial plane-nya condong dan kedua sayapnya miring ke arah yang sama dan biasanya pada sudut yang berbeda
Recumbent fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal
Vertical isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya vertical
Isoclined isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya condong
Recumbent isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal
Chevron fold :lipatan dimana hinge-nya tajam dan menyudut
Box fold :lipatan dimana crest-nya luas dan datar
Fan fold :lipatan dimana sayapnya membalik
Monocline :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal terjal
Structure terrace :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal dianggap horizontal
Homocline :lapisan yang miring dalam satu arah pada sudut yang relatif sama
  • Berdasarkan intensitas lipatan :
Open fold :lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau penipisan karena deformasi yang lemah
Closed fold :lipatan yang lapisannya mengalami penebalan atau penipisan karena deformasi yang kuat
Drag fold :lipatan-lipatan kecil yang terbentuk pada sayap-sayap lipatan yang besar akibat terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dengan lapisan tak kompeten
En enchelon fold :beberapa lipatan yang sifatnya lokal dan saling overlap satu dengan yang lain
Culmination dan depression :lipatan-lipatan yang menunjam pada arah yang berbeda, sehingga terjadi pembubungan dan penurunan
Anticlinorium :yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil
Synclinorium :yaitu sinklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil
  • Berdasarkan sifat lipatan dan kedalaman :
Similar fold :lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan lebih tebal pada hinge-nya
Paralel/concentric fold :lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan tidak berubah selama perlipatan
Pierching/diaphiric fold :lipatan dimana intinya yang aktif telah menerobos melalui batuan diatasnya yang lebih rapuh
Supratenuous fold :lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan kompaksi sedimen pada saat pengendapan terjadi di punggung bukit
Disharmonic fold :lipatan yang bentuknya tak seragam dari lapisan ke lapisan
  • Berdasarkan kedudukan axial surface dan hinge line :
Horizontal normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line horizontal
Plunging normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line menunjam
Horizontal inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line horizontal
Plunging inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu lipatan
Reclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line menunjam, tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan
Vertical :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line vertical
Recumbent :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line horizontal

struktur lipatan



Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya disebabkan dua proses, yaitu bending ( melengkung ) dan bucking ( melipat ). Pada gejala bucking gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan. (hill 1953)
Beberapa unsur lipatan
  1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal.
  2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
  3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin
  4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal diukur pada bidang poros.
  5. Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.
  6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
  7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan.
  8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin) atau updip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau bergelombang (wave).
  9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
  10. Back Limb, sayap yang landai.
  11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
  12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
  13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
  14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
  15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak didalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
  16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin
  17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada setiap permukaan lapisan pada sebuah sinklin.
  18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.
  19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
  20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara sayap-sayap lipatannya.

Klasifikasi lipatan
  1. klasifikasi  lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain :
berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu :
-          Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup)
-          Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tidak simetris)
-          Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung)
-          Recumbent Fold (lipatan rebah)
  1. Klasifikasi lipatan berdasarkan bentuknya, antara lain :
-          Concentric Fold
-          Similar Fold
-          Chevron Fold
-          Isoclinal Fold
-          Box Fold
-          Fan Fold
-          Closed Fold
-          Harmonic Fold
-          Disharmonic Fold
-          Open Fold
-          Kink Fold, terbagi atas :
·         Monoklin
·         Homoklin
·         Terrace

deformasi batuan


Dalam bumi batuan terus menjadi sasaran kekuatan yang cenderung menekuk mereka, merubahnya, atau fraktur mereka. Ketika batu membungkuk, memutar atau fraktur kita mengatakan bahwa mereka berubah bentuk (perubahan bentuk atau ukuran). Kekuatan yang menyebabkan deformasi batuan yang disebut sebagai tekanan (Angkatan / satuan luas). Jadi, untuk memahami deformasi batu pertama-tama kita harus menggali kekuatan-kekuatan atau tekanan.
Stres dan Strain
Stres adalah kekuatan diterapkan atas area. Salah satu jenis stres yang kita semua digunakan untuk stres adalah seragam, yang disebut tekanan. Sebuah stres seragam adalah stres dimana pasukan bertindak yang sama dari segala arah. Di Bumi tekanan karena berat batuan di atasnya adalah stres seragam, dan kadang-kadang disebut sebagai stres membatasi.
Jika stres tidak sama dari segala arah maka
kita mengatakan bahwa stres adalah stres diferensial. Tiga jenis stres diferensial terjadi.
  1. Tensional stres (atau stres 
  2. ekstensional), yang membentang batu;
  3. Kompresional stres, yang meremas batu, dan
  4. Geser stres, yang mengakibatkan slip dan penerjemahan.






Ketika batu merusak mereka dikatakan saring. Strain adalah perubahan ukuran, bentuk, atau volume material.
Tahapan Deformasi
Ketika batu terkena stres meningkat melewati 3 tahap yang berurutan dari deformasi. 







  • Deformasi elastis - dimana ketegangan adalah reversibel.
  • Deformasi ulet - dimana ketegangan ireversibel.

     
  • Fraktur - ireversibel regangan dimana bahanistirahat.


  • Kita dapat membagi bahan menjadi dua kelas yang tergantung pada perilaku relatif mereka di bawah tekanan.
    • Bahan rapuh memiliki wilayah kecil atau besar perilaku elastis tetapi hanya suatu daerah kecil perilaku ulet sebelum mereka fraktur.
    • Bahan Ulet memiliki daerah kecil dari perilaku elastis dan wilayah besar perilaku ulet sebelum mereka fraktur.
    Bagaimana bahan berperilaku akan tergantung pada beberapa faktor. Diantaranya adalah:
    • Suhu - Pada molekul suhu tinggi dan obligasi mereka dapat meregang dan bergerak, sehingga bahan akan berperilaku dengan cara yang lebih ulet. Pada Suhu rendah, bahan yang rapuh.
    • Tekanan membatasi - Pada bahan tinggi tekanan keliling cenderung untuk patah karena tekanan dari lingkungan cenderung menghambat pembentukan patah tulang. Pada tegangan rendah membatasi, materi akan rapuh dan cenderung untuk patah lebih cepat.
    • Regangan rate - Pada tingkat ketegangan tinggi bahan cenderung fraktur. Pada tingkat regangan rendah lebih banyak waktu yang tersedia untuk atom individu untuk bergerak dan karena itu perilaku ulet disukai.
    • Komposisi - Beberapa mineral, seperti kuarsa, olivin, dan feldspars sangat rapuh. Lainnya, seperti mineral tanah liat, mika, dan kalsit lebih ulet Hal ini disebabkan jenis ikatan kimia yang memegang mereka bersama-sama. Dengan demikian, komposisi mineralogi batuan akan menjadi faktor dalam menentukan perilaku deformational batu. Aspek lain adalah ada atau tidak adanya air. Air muncul untuk melemahkan ikatan kimia dan film sekitar bentuk butiran mineral sepanjang yang slip dapat terjadi. Jadi batu basah cenderung untuk berperilaku dengan cara ulet, sedangkan batuan kering cenderung berperilaku dengan cara rapuh.
    Rapuh-Ulet Sifat litosfer
    Kita semua tahu bahwa batuan dekat permukaan Bumi berperilaku rapuh. Batuan kerak terdiri dari mineral seperti kuarsa dan feldspar yang memiliki kekuatan tinggi, terutama pada tekanan rendah dan suhu. Seperti kita masuk lebih dalam di Bumi kekuatan batuan pada awalnya meningkat. Pada kedalaman sekitar 15 km kita mencapai suatu titik yang disebut zona transisi rapuh-ulet. Di bawah ini titik kekuatan batuan berkurang karena rekahan menjadi tertutup dan suhu lebih tinggi, membuat batu berperilaku ulet. Di dasar kerak perubahan jenis batuan untuk peridotit yang kaya olivin. Olivin lebih kuat daripada mineral yang membentuk batuan kerak yang paling, sehingga bagian atas mantel lagi kuat.Tapi, seperti dalam kerak bumi, meningkatnya temperatur akhirnya mendominasi dan pada kedalaman sekitar 40 km rapuh-ulet zona transisi mantel di terjadi. Dibawah titik ini batuan berperilaku dengan cara yang sangat ulet.
    Deformasi dalam Penyelesaian
    Hanya dalam beberapa kasus tidak deformasi batuan terjadi pada tingkat yang diamati pada skala waktu manusia. Deformasi mendadak bersama kesalahan, biasanya berhubungan dengan gempa bumi disebabkan oleh patahan batuan terjadi pada skala waktu menit atau detik. Deformasi bertahap rekahan sepanjang sesar, di bidang pengangkatan atau penurunan dapat diukur selama periode bulan untuk tahun dengan instrumen pengukuran sensitif.
    Bukti Deformasi Mantan
    Bukti deformasi yang terjadi di masa lalu sangat jelas dalam batuan kerak. Misalnya, strata sedimen dan aliran lava umumnya mengikuti hukum horizontalitas asli. Jadi, ketika kita melihat strata tersebut cenderung bukan horisontal, bukti sebuah episode dari deformasi. Dalam rangka untuk secara unik mendefinisikan orientasi fitur planar pertama-tama kita perlu mendefinisikan dua istilah - pemogokan dan dip.
    Untuk bidang miring pemogokan adalah arah kompas dari setiap garis horizontal di pesawat. Dipadalah sudut antara bidang horizontal dan bidang miring, diukur tegak lurus terhadap arah serangan.
    Dalam pemogokan rekaman dan dip pengukuran pada peta geologi, simbol yang digunakan yang memiliki paralel garis panjang berorientasi pada arah kompas dari pemogokan. Tanda centang pendek ditempatkan di tengah baris pada sisi mana dips bidang miring, dan sudut kemiringan dicatat sebelah pemogokan dan dip simbol seperti yang ditunjukkan di atas. Untuk tempat tidur dengan berenang 90 0(vertikal) garis pendek melintasi garis pemogokan, dan untuk tempat tidur tanpa dip (horisontal) lingkaran dengan di dalam salib digunakan sebagai ditunjukkan di bawah ini ..
    Fraktur Rocks Rapuh
    Kesalahan - Kesalahan terjadi ketika batuan patah tulang rapuh dan ada offset sepanjang fraktur.Ketika offset kecil, perpindahannya dapat dengan mudah diukur, tapi kadang-kadang perpindahan adalah begitu besar sehingga sulit untuk diukur.
    Jenis Kesalahan
    Kesalahan dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada arah perpindahan relatif. Karena kesalahan adalah fitur planar, konsep pemogokan dan dip juga berlaku, dan dengan demikian mogok dan kemiringan pesawat kesalahan dapat diukur. Salah satu divisi dari kesalahan adalah antara dip-slip kesalahan, di mana perpindahan diukur sepanjang arah dip dari kesalahan, dan pemogokan-patahan geser di mana perpindahan adalah horisontal, sejajar dengan pemogokan kesalahan.
    • Celupkan Kesalahan slip - Dip kesalahan slip kesalahan yang memiliki pesawat kesalahan cenderung dan sepanjang yang pada perpindahan relatif atau offset telah terjadi sepanjang arah dip. Perhatikan bahwa dalam melihat perpindahan pada kesalahan apapun kita tidak tahu sisi mana benar-benar pindah atau jika kedua sisi pindah, semua kita dapat menentukan adalah rasa relatif gerak.
      Untuk setiap pesawat kesalahan cenderung kita mendefinisikan blok di atas kesalahan sebagaiblok dinding menggantung dan blok bawah kesalahan sebagai blok footwall.
      • Kesalahan normal - adalah kesalahan yang dihasilkan dari tekanan tensional horisontal dalam batuan rapuh dan dimana blok menggantung-dinding telah bergerak turun relatif terhadap blok footwall.
    Horsts & Gabens - Karena stres tensional jawab atas kesalahan normal, mereka sering terjadi dalam seri, dengan kesalahan yang berdekatan mencelupkan arah yang berlawanan. Dalam kasus seperti blok turun-turun membentuk grabens dan blok terangkat horsts bentuk. Di daerah di mana stres tensional baru-baru ini terkena kerak, yang grabens dapat membentuk lembah keretakan dan horst terangkat blok dapat membentuk pegunungan linier. Rift Valley Afrika Timur adalah contoh dari suatu daerah di mana ekstensi benua telah menciptakan seperti keretakan. Provinsi cekungan dan berbagai AS barat (Nevada, Utah, dan Idaho) juga merupakan daerah yang baru saja mengalami ekstensi kerak. Dalam cekungan dan jangkauan, cekungan adalah grabens memanjang yang sekarang membentuk lembah, dan rentang yang terangkat blok horst.
    Half-Grabens - Sebuah sesar normal yang memiliki pesawat kesalahan melengkung dengan kemiringan penurunan dengan kedalaman dapat menyebabkan blok turun-turun untuk memutar. Dalam kasus seperti setengah graben yang dihasilkan, disebut demikian karena dibatasi oleh hanya satu kesalahan bukan dua yang membentuk graben normal.
    • Kesalahan Reverse - adalah kesalahan yang dihasilkan dari tekanan kompresi horisontal dalam batuan rapuh, dimana blok menggantung-dinding telah bergerakrelatif blok footwall.







    Sebuah kesalahan Thrust adalah kasus khusus dari sesar naik dimana kemiringan kesalahan kurang dari 15 o. Kesalahan Thrust dapat memiliki perpindahan cukup besar, berukuran ratusan kilometer, dan dapat mengakibatkan lapisan atasnya lebih tua strata yang lebih muda.
    • Menyerang Kesalahan slip - adalah kesalahan di mana gerak relatif pada kesalahan telah terjadi sepanjang arah horisontal. Kesalahan seperti hasil dari tegangan geser bertindak dalam kerak. Pemogokan kesalahan slip dapat menjadi dua varietas, tergantung pada rasa perpindahan. Untuk seorang pengamat berdiri di salah satu sisi kesalahan dan mencari di seluruh kesalahan, jika blok di sisi lain telah bergerak ke kiri, kita mengatakan bahwa kesalahan adalah kiri-lateral strike-slip fault. Jika blok di sisi lain telah bergerak ke kanan, kita mengatakan bahwa kesalahan adalah hak-lateral strike-slip fault. Patahan San Andreas di California yang terkenal adalah contoh dari kesalahan yang benar-lateral strike-slip.Perpindahan pada kesalahan San Andreas diperkirakan lebih dari 600 km.
    Transform-Kesalahan adalah kelas khusus dari pemogokan-patahan geser. Ini adalah batas lempeng sepanjang yang dua pelat geser masa lalu satu sama lain secara horizontal.Jenis yang paling umum dari kesalahan transformasi terjadi di mana punggung samudera disajikan. Perhatikan bahwa kesalahan transformasi hanya terjadi antara dua segmen dari punggungan. Di luar daerah ini tidak ada gerakan relatif karena blok yang bergerak dalam arah yang sama. Daerah ini disebut zona fraktur. San Andreas di California kesalahan juga merupakan kesalahan transformasi.

    Selasa, 26 Juni 2012

    GARIS KONTUR



    font-family: Arial; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: center;">

    Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. 
    semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
    Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).
    Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.
    Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
    Bentuk Kontur
    Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.
    Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
    1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.
    2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang.
    3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang).
    4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).
    Berbagai kenampakan kontur
    Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B
    Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan.
    Membuat Potongan Profil
    Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
    Membuat Potongan Profil

    Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
    Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis. Berilah label angka tinggi.
    Pemotongan Garis Kontur
    Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus, memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran.
    Potongan yang menunjukkan intervisibilitas
    Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
    Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai 2/16.
    Kemiringan lereng atau slope
    Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:
    2/16 x 100% = 1,25%
    Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
    Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti prosedur di atas.
    Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.
    Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.

    Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.
    Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
    Jadi kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui titik –titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis khayal yang menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief ( baik secara relative maupun absolute )
    Sifat-sifat garis kontur adalah :
    1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
    2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
    3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
    4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
    5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
    6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
    7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
    Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
    Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya. Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
    Interval Kontur =    1/2000 x skala peta
    Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
    Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai
    titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.

    sumber::geoenviron

    SIKLUS BATUAN



    oum_rock.gifrock_cycle.jpgSebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau ROCK CYCLE.
     weathering.jpgSemua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam:
    1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
    2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan asam” yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
    3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
    erosion.jpgSetelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:
    1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
    2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
    3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
    4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
    deposition.jpgPecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini. 
    compaction.jpgPada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites